Log in
mari bahas tentang bullying
3 posters
Page 1 of 1
apakah anda pernah melakukan bullying?
mari bahas tentang bullying
sebelum posting di sini, HARAP SEMUA NYA MEMBACA RULES TERLEBIH DAHULU!
artikel terkait
From: wikipedia
jadi pertanyaannya
apakah pendapat anda tentang ini?
apakah anda pernah melakukan bullying?
pantas atau tidak kita melakukan bullying?
dan atas dasar apa kita melakukan hal ini?(jika ada i hope you can share)
saya jawab
sangat buruk saya termasuk salah satu korbannya
saya rasa tidak
not at all....
artikel terkait
- Spoiler:
- Ada banyak definisi mengenai bullying, terutama yang terjadi dalam konteks lain (tempat kerja, masyarakat, komunitas virtual). Namun di sini penulis akan membatasi konteksnya dalam school bullying. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Mereka kemudian mengelompokkan perilaku bullying ke dalam 5 kategori:
* Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain)
* Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip)
* Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya diertai oleh bullying fisik atau verbal).
* Perilaku non-verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng).
* Pelecehan seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
Dari beberapa penelitian sebelumnya, juga ditemukan perbedaan umur dan gender yang dapat mempengaruhi perilaku bullying. Pada usia 15 tahun, anak laki-laki ditemukan lebih cenderung mem-bully dengan kontak fisik langsung, sementara anak perempuan lebih cenderung mem-bully dengan perilaku tidak langsung. Namun tidak ditemukan perbedaan dalam kecenderungan melakukan bullying verbal langsung. Pada usia 18 tahun, kecenderungan anak laki-laki mem-bully dengan kontak fisik menurun tajam, dan kecenderungannya untuk menggunakan perilaku verbal langsung dan perilaku tidak langsung meningkat, meskipun anak perempuan masih tetap lebih tinggi kecenderungannya dalam hal ini.
Patut dicatat bahwa ini adalah hasil penelitian di luar negeri yang belum tentu sesuai dengan kondisi pendidikan di Indonesia. Riauskina dkk. menemukan dalam penelitiannya pada 2 SMA di Jakarta bahwa kecenderungan untuk melakukan kontak fisik langsung masih terlihat pada anak laki-laki di usia 18 tahun.
Mengapa Melakukan Bullying?
Seperti yang telah terjadi pada kasus IPDN dan sebagian kasus-kasus lainnya, bullying adalah sebuah siklus, dalam artian pelaku saat ini kemungkinan besar adalah korban dari pelaku bullying sebelumnya. Ketika menjadi korban, mereka membentuk skema kognitif yang salah bahwa bullying bisa ’dibenarkan’ meskipun mereka merasakan dampak negatifnya sebagai korban. Hal ini tampak dalam sebuah potongan wawancara pra-survei:
Tanya: …kalo nanti kalo kalian udah kelas dua gitu, mungkin ga jadi kaya mereka sekarang…?
Jawab: …tergantung si, tergantung ade kelasnya…kalo ade kelasnya nyolot ya gue marahin…
Mengapa seorang korban bisa kemudian menerima, bahkan menyetujui perspektif pelaku yang pernah merugikannya? Salah satu alasannya dapat diurai dari hasil survei: sebagian besar korban enggan menceritakan pengalaman mereka kepada pihak-pihak yang mempunyai kekuatan untuk mengubah cara berpikir mereka dan menghentikan siklus ini, yaitu pihak sekolah dan orangtua. Korban biasanya merahasiakan bullying yang mereka derita karena takut pelaku akan semakin mengintensifkan bullying mereka. Akibatnya, korban bisa semakin menyerap ’falsafah’ bullying yang didapat dari seniornya. Dalam skema kognitif korban yang diteliti oleh Riauskina dkk., korban mempunyai persepsi bahwa pelaku melakukan bullying karena
* Tradisi
* Balas dendam karena dia dulu diperlakukan sama (menurut korban laki-laki)
* Ingin menunjukkan kekuasaan
* Marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
* Mendapatkan kepuasan (menurut korban perempuan)
* Iri hati (menurut korban perempuan)
Adapun korban juga mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena
* Penampilan menyolok
* Tidak berperilaku dengan sesuai
* Perilaku dianggap tidak sopan
* Tradisi
Apa Dampak dari Bullying?
Salah satu dampak dari bullying yang paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
Dampak lain yang kurang terlihat, namun berefek jangka panjang adalah menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dan penyesuaian sosial yang buruk. Dari penelitian yang dilakukan Riauskina dkk., ketika mengalami bullying, korban merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.
Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder). Dari 2 SMA yang diteliti Riauskina dkk., hal-hal ini juga dialami korban, seperti merasa hidupnya tertekan, takut bertemu pelaku bullying, bahkan depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri dengan menyilet-nyilet tangannya sendiri!
Dari informasi di atas, kita dapat melihat bagaimana perilaku bullying sebenarnya sudah sangat meluas di dunia pendidikan kita tanpa terlalu kita sadari bentuk dan akibatnya. Dalam bagian ke-2, penulis akan menelusuri beberapa sumber lebih jauh lagi untuk melihat karakteristik pelaku bullying, mitos dan fakta tentang bullying, serta bagaimana menghadapi bullying, baik bagi korban, siswa lain yang menonton, maupun bagi pihak sekolah atau orangtua.
Sumber:
Riauskina, I. I., Djuwita, R., dan Soesetio, S. R. (2005). ”Gencet-gencetan” di mata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah kognitif tentang arti, skenario, dan dampak ”gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial, 12 (01), 1 – 13
http://popsy.wordpress.com
From: wikipedia
- Spoiler:
- Siapa tidak kenal Raju, bocah dari Langkat yang menjadi berita karena dihukum di pengadilan untuk kasus intimidasi yang dilakukannya terhadap bocah lainnya. Kasus Raju menyebabkan banyak pihak mendesak untuk dilakukannya revisi terhadap UU dan tata cara pengadilan anak.
Sudah berulang-kali kita dikejutkan oleh berita tentang anak SD ataupun SMP yang bunuh diri karena menunggak SPP. Reaksi yang umumnya ada adalah masyarakat menganggap fenomena ini merupakan implikasi dari terjadinya krisis ekonomi. Dan pemerintah pun didesak untuk meningkatkan anggaran pendidikan sehingga biaya sekolah menjadi lebih terjangkau.
Kita juga sudah sering mendengar adanya korban yang berjatuhan akibat proses perploncoan yang terjadi pada penerimaan siswa baru. Yang paling terkenal mungkin adalah kasus yang terjadi di STPDN. Akibat peristiwa tsb biasanya sekolah bersangkutan memecat siswa senior yang terlibat, atau berjanji untuk mengawasi lebih ketat proses penerimaan siswa baru atau bahkan meniadakannya.
Adakah sesuatu yang kurang dari reaksi masyarakat dan pihak terkait terhadap ketiga peristiwa tsb ? Sepintas lalu kelihatannya tidak. Bukankah dengan adanya kasus Raju, semua pihak menjadi akan lebih berhati-hati dalam hal peradilan anak? Bukankah dgn adanya fenomena tunggakan SPP di kalangan siswa tak mampu, masyarakat menjadi tergerak untuk meningkatkan kepekaan sosialnya ?
Akan tetapi kalau kita coba renungkan secara lebih mendalam, ada sebuah benang merah dari ketiga kasus di atas yang luput dari perhatian. Raju mungkin saja tidak perlu menjadi pesakitan di pengadilan apabila gangguan yang dilakukannya berulangkali sebelumnya terhadap adik dari korban, tidak dianggap sebagai kenakalan anak2 biasa oleh pihak sekolah. Mungkin saja tidak terjadi bunuh diri apabila siswa yg menunggak SPP tidak merasa dipermalukan dan disisihkan di hadapan teman sekolahnya. Baik itu karena berulangkali harus menghadapi pemanggilan kepala sekolah maupun perlakuan yang berbeda dari pihak sekolah terhadapnya. Bisa jadi tidak akan terjadi lagi ’mati konyol’ akibat proses penerimaan siswa baru, apabila kita tidak menganggap praktek perploncoan sebagai hal yang biasa.
Akan tetapi kalau kita coba renungkan secara lebih mendalam, ada sebuah benang merah dari ketiga kasus di atas yang luput dari perhatian. Raju mungkin saja tidak perlu menjadi pesakitan di pengadilan apabila gangguan yang dilakukannya berulangkali sebelumnya terhadap adik dari korban, tidak dianggap sebagai kenakalan anak2 biasa oleh pihak sekolah. Mungkin saja tidak terjadi bunuh diri apabila siswa yg menunggak SPP tidak merasa dipermalukan dan disisihkan di hadapan teman sekolahnya. Baik itu karena berulangkali harus menghadapi pemanggilan kepala sekolah maupun perlakuan yang berbeda dari pihak sekolah terhadapnya. Bisa jadi tidak akan terjadi lagi ’mati konyol’ akibat proses penerimaan siswa baru, apabila kita tidak menganggap praktek perploncoan sebagai hal yang biasa.
Teror berupa kekerasan fisik atau mental, pengucilan, penyisihan, intimidasi, perploncoan yang terjadi pada ketiga kasus diatas sebetulnya adalah contoh klasik dari apa yang biasanya disebut dengan ’Bullying’, yang kerapkali terjadi di lingkungan sekolah, baik itu dari sesama teman, senior bahkan juga guru.
Bullying dapat dibagi menjadi dua bagian besar :
1. Direct bullying : intimidasi secara fisik, verbal
2. Indirect Bullying: isolasi secara sosial
(Dan Olweus, Author of Bullying at School)
Mungkin agak sulit untuk mencari padanan kata yang tepat dalam bahasa indonesia untuk bullying. Secara definisi bullying adalah penggunaan agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental. Bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, emosional dan juga seksual.
Berikut ini adalah contoh tindakan yang termasuk kategory bullying; pelaku baik individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara:
- menyisihkan seseorang dari pergaulan,
- menyebarkan gosip, mebuat julukan yang bersifat ejekan,
- mengerjai seseorang untuk mempermalukannya
- mengintimidasi atau mengancam korban
- melukai secara fisik
- melakukan pemalakan/pengompasan
Bullying tidaklah sama dengan occasional conflict atau pertengkaran biasa yang umum terjadi pada anak. Konflik pada anak adalah normal dan membuat anak belajar cara bernegosiasi dan bersepakat satu sama lain. Bullying merujuk pada tindakan yang bertujuan menyakiti dan dilakukan secara berulang. Sang korban biasanya anak yang lebih lemah dibandingkan sang pelaku.
Pentingnya menangani Bullying
Bullying itu sangat menyakitkan bagi si korban. Tidak seorangpun pantas menjadi korban bullying. Setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan dan dihargai secara pantas dan wajar.
Bullying memiliki dampak yang negatif bagi perkembangan karakter anak, baik bagi si korban maupun pelaku.
Berikut ini contoh dampak bullying bagi sang korban :
- Depresi
- Rendahnya kepercayaan diri / minder
- Pemalu dan penyendiri
- Merosotnya prestasi akademik
- Merasa terisolasi dalam pergaulan
- Terpikir atau bahkan mencoba untuk bunuh diri
Di sisi lain, apabila dibiarkan, pelaku bullying akan belajar bahwa tidak ada risiko apapun bagi mereka bila mereka melakukan kekerasan, agresi maupun mengancam anak lain. Ketika dewasa pelaku tsb memiliki potensi lebih besar untuk menjadi preman ataupun pelaku kriminal dan akan membawa masalah dalam pergaulan sosial.
jadi pertanyaannya
apakah pendapat anda tentang ini?
apakah anda pernah melakukan bullying?
pantas atau tidak kita melakukan bullying?
dan atas dasar apa kita melakukan hal ini?(jika ada i hope you can share)
saya jawab
sangat buruk saya termasuk salah satu korbannya
saya rasa tidak
not at all....
Re: mari bahas tentang bullying
terusan artikel
- Spoiler:
- Bullying Cetak E-mail
Ditulis Oleh Gina Al - Ilmi, S.Psi
Berita mengenai kekerasan geng wanita di sebuah kota yang dilengkapi dengan video kekerasannya yang tersebar luas di masyarakat, membuat hati kita sebagai pendidik bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi dimasyarakat kita.
Berita tersebut menjadi bukti betapa bullying sebagai tindak kekerasan masih terus menerus terjadi juga di dalam institusi pendidikan.
Apa penyebab, akibat, dan apa itu bullying itu sendiri, sengaja diangkat dalam edisi ini, berikut dengan tanda-tandanya. Upaya bersama antara sekolah, orangtua, psikolog sekolah, guru dan masyarakat, amat diperlukan untuk bisa menciptakan sekolah di Indonesia yang bebas bullying. Karena sekarang ini, tanpa kita sadari, bullying telah membudaya, dan “diresmikan” dalam berbagai kegiatan sekolah.
Bullying yang terjadi dilakukan dalam kegiatan seperti Ospek, atau pada saat ujian kenaikan tingkat di sebuah organisasi sekolah, atau saat seorang siswa ingin menjadi anggota dari organisasi tertentu seperti Osis, Pramuka atau PMR. Dalam acara-acara tersebut, terjadi tindak kekerasan atau tindakan mengancam dengan fisik dan verbal, atau ancaman psikologis.
Acara-acara tersebut biasanya mendapat izin resmi dari pihak sekolah, dan dihadiri oleh guru-guru pembimbing. Mengapa bisa terjadi kegiatan bermuatan bullying diberi izin resmi oleh sekolah atau institusi pendidikan? Padahal seharusnya, sekolah melindungi murid dan siswanya dari tindakan kekerasan dalam bentuk apapun, dan menjadi wadah untuk pembentukan akal, moral dan karakter adiluhung, yang diperlukan untuk membangun masyarakat Indonesia yang sehat, berbudaya dan berteknologi tinggi. Mengapa?
Penyebab, Penguat, & Akibat, Perilaku bullying di Sekolah
Dikutip dari Thesis Pasca Sarjana Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok
Oleh : Warouw (2007) dan dibahasakan kembali secara populer oleh Tim Redaksi APSInfo
“Sesuai dengan tujuannya, ..Pendidikan tidak hanya terfokus pada kurikulum, namun juga perkembangan pribadi dan tingkah laku. Namun dalam pelaksanaannya di kehidupan sehari-hari, pendidikan seringkali terfokus hanya pada perkembangan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa. Pengembangan pribadi dan tingkah laku yang merupakan modal keterampilan bermasyarakat menjadi terabaikan baik oleh pemerintah maupun pelaksana pendidikan sehingga tujuan pendidikan tidak tercapai sepenuhnya. Salah satu akibatnya adalah tumbuh suburnya berbagai kekerasan di lingkungan sekolah” (Warouw, 2007)
Tak peduli apa penyebab dari kekerasan di sekolah, namun yang kita lihat pada saat ini, sudah terlalu banyak korban berjatuhan karena kekerasan tersebut.
Beberapa tahun yang lalu, Indonesia dikejutkan oleh rekaman video kekerasan yang dilakukan oleh senior kepada junior di sebuah sekolah pemerintahan. Peristiwa yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang tidak sedikit. Bahkan ditemukan kuburan misterius tanpa nama dimana para korban itu dikuburkan. Tinggallah keluarga mereka menunggu kepulangan anaknya dalam tanda tanya yang mendalam..
Malangnya anak-anak kita, aksi kekerasan di sekolah itu seringkali diketahui oleh pihak guru.. sebuah survei di Media Indonesia, 27 April 2006 menampilkan data berikut (sampel dari 3 SMA di Semarang & Jakarta) :
keterangan persentase
Guru menganggap penggencetan, olok-olok antar teman merupakan hal yang biasa dalam kehidupan remaja Guru beranggapan sesekali mengalami penindasan senior terhadap yunior tidak akan berdampak buruk pada kondisi psikologis siswaGuru berpendapat hukuman fisik merupakan cara menegur yang paling efektifGuru juga melakukan kekerasan dengan menghukum siswa yang melakukan kekerasan dengan hukuman fisik 18, 3 % 27, 5 % 10% 10%
(dari Warouw 2007)
Apa itu Bullying?
Bullying biasa disebut sebagai penggencetan. Tak hanya dilakukan oleh senior, bullying juga biasa dilakukan oleh alumni, dan bahkan oleh guru, dengan berbagai cara yang mungkin tidak disadari oleh sang guru itu sendiri.
Namun akibat yang terjadi sangat nyata, dan banyak siswa-siswi yang menjadi korban langsung dari Bullying yang terus menjadi tradisi di beberapa sekolah.
Bullying bahkan menjadi tradisi tahunan di banyak sekolah di Indonesia, tanpa disadari oleh pihak sekolah sebagai suatu tindakan bullying.
Anda familiar dengan istilah ospek? Salah satu cara bullying resmi adalah saat pekan orientasi sekolah atau ospek tersebut.
Berbagai organisasi sekolah dari mulai OSIS, Pramuka, PMR, sibuk mencari cara untuk “unjuk kekuatan” di depan anak baru, dan mereka melakukan kekerasan dengan berbagai bentuk. Teriakan, hukuman push up, paksaan untuk memakan berbagai adonan makanan atau minuman asal jadi yang tidak manusiawi, banyak terjadi saat acara orientasi sekolah, pelantikan OSIS, atau acara ekskul lainnya.
Sejumlah istilah seperti “Chandradimuka” (kawah dimana Gatot Kaca dibakar hidup-hidup), menjadi nama dari acara-acara yang dikemas dengan menyelipkan kekerasan fisik dan mental ke dalamnya. Dan acara-acara ini pula seringkali dihadiri oleh guru, kakak kelas, dan memperoleh izin resmi dari pihak sekolah.
Akibat Bullying
Ratna Djuwita dalam Warouw (2007) menyatakan dalam diskusi nasional bahwa ; bullying, selain membuat iklim sekolah tidak bersahabat, dampak lanjutnya adalah banyaknya siswa membolos dan berkembangnya fenomena putus sekolah. Bullying juga bisa membuat korban menjadi pribadi yang rapuh seperti sulit berkonsentrasi, perasaan rendah diri, tidak berharga, bahkan bunuh diri.
Penelitian tentang Bullying
Sejumlah penelitian mengenai metode untuk mengurangi bullying di sekolah, tampak banyak dilakukan, dalam level sarjana maupun pasca sarjana. Berbagai strategi tampak dikembangkan. Mulai dari strategi re-edukasi, menciptakan modul pendidikan anti bullying, pembentukan jaringan orangtua untuk mengatasi bullying, hingga metode terbaru yaitu Appreciative Inquiry dengan psikologi positifnya, menampakkan hasil yang menggembirakan.
Dalam berbagai penelitian tersebut, sasaran intervensinya beragam. Mulai dari anak di lembaga pemasyarakatan, murid sekolah dasar, pihak guru, bahkan orangtua. Hal ini menggambarkan bahwa upaya untuk mengatasi perilaku bullying dapat dilakukan, tak terbatas pada pihak mana yang bersedia berpartisipasi.
SHOCKING FACTS :
Warouw (2007) dan timnya melakukan wawancara dalam penelitiannya dan menemukan berbagai masalah yang bisa membuat banyak pihak terkejut..
· Terdapat siswa yang dipanggil dengan kata-kata merendahkan seperti kata ‘monyet’ oleh guru di depan kelas
· Terdapat guru yang merendahkan siswa yang berbakat di depan kelas hanya karena tidak menyukai siswa tersebut dan terus menekan anak tersebut dengan tidak memberikan nilai yang sesuai dengan kemampuannya
TANDA-TANDA BULLYING
Dalam thesisnya, Warouw (2007) mengungkapkan tanda-tanda untuk mendeteksi terjadinya bullying pada korban (Field, 1999, Elliot M, 2002, Mc Evoy A., 2005, Sharp, S. dan Smith P.K., 1994) :
Tanda fisik :
· Sering membolos, lari dari rumah, dan sebagainya
· Memotong, membakar, merusak barangnya sendiri atau sembarang barang
· Sering pusing, tidak bisa tidur, tidak sehat atau sakit
· Sering minta uang (tambahan)
· Minta diantar ke sekolah
· Melukai diri
Tanda Intelektual :
· Sulit bicara
· Sering lupa
· Bicara tidak jelas atau tidak “nyambung”
· Kurang perhatian di kelas atau pada orang lain
· Tidak mengerjakan tugas
Tanda emosional :
· Diam, sering merenung
· Marah/gusar/teriak tak jelas
· Merusak sesuatu
· Perilaku yang berubah secara tiba-tiba
· Berperilaku aneh tapi selalu mengatakan “Saya nggak apa-apa kok”
· Tidak percaya diri
Tanda sosial :
· Menghindar/tidak mau bertemu teman atau orang lain
· Berperilaku tidak menyenangkan atau aneh pada orang lain
· Menyakiti orang lain
· Ciri-ciri lain : sejumlah aksi bullying bersifat terorganisir atau terencana, sistematik dan tertutup, bersifat mencari-cari kesempatan untuk melakukannya kembali, dan sekali dilakukan cenderung dilanjutkan, korban menjadi terluka secara fisik, emosional dan psikologis.
Re: mari bahas tentang bullying
mohon di pahami dan semua ini bukan maksud menggurui hanya sharing dampaknya semoga hati para pembaca bisa tergugah. dan ikut pro aktif dan STOP BULLYING FROM NOW!!
Re: mari bahas tentang bullying
wow.. nice source samuel
ok2 gw jawab pertanyaan lo
apakah pendapat anda tentang ini?
- gw sih gak setuju, soalnya ini sama aja PEMBODOHAN! PELECEHAN HAM!
apakah anda pernah melakukan bullying?
- seinget gw sih gak, soalnya gw menentang keras. trus bukan ny gimana2 yah. soalnya gw pas SMP dan SMA kan osis, ketua osis pula jadi kalo gw nge bully orang2 ntar acara gw gak ada yg dukung lagi? gagal semua?
pantas atau tidak kita melakukan bullying?
- absolutely not!
dan atas dasar apa kita melakukan hal ini?(jika ada i hope you can share)
- gw sih gak melakukan jadi gw share aja pengalaman gw
kalo pada ngira paling parah itu di bully pas SMA, salah besar! paling parah itu pas kuliah. entah kenapa mungkin yg sial gw doank, kuliah di TRISAKTI ospek nya MANTEP ABIS! mau lo cewe ato cowo yg paling parah itu cowo sih emg. RATA DEH SEMUA DI BULLY.
mau di tampar, di injek2, di ludahin, di tonjok, di kata2in harga diri lo, di teriakin pas di kuping lo, di suruh push up, sit up, apalah2 pokoknya jalan jongkok, dan lo harus diam,nunduk, pasrah.
tapi jgn salah, gw lawan kok, ampe berantem ama senior gw.
mantep abis. tp y jadi nya perkuliahan agak sulit, karena senior ada yg jadi asisten lab, jadi nilai gw dimainin.
nb: yg mau masuk trisakti bilang ma gw yaaaaaaa..
ok2 gw jawab pertanyaan lo
apakah pendapat anda tentang ini?
- gw sih gak setuju, soalnya ini sama aja PEMBODOHAN! PELECEHAN HAM!
apakah anda pernah melakukan bullying?
- seinget gw sih gak, soalnya gw menentang keras. trus bukan ny gimana2 yah. soalnya gw pas SMP dan SMA kan osis, ketua osis pula jadi kalo gw nge bully orang2 ntar acara gw gak ada yg dukung lagi? gagal semua?
pantas atau tidak kita melakukan bullying?
- absolutely not!
dan atas dasar apa kita melakukan hal ini?(jika ada i hope you can share)
- gw sih gak melakukan jadi gw share aja pengalaman gw
kalo pada ngira paling parah itu di bully pas SMA, salah besar! paling parah itu pas kuliah. entah kenapa mungkin yg sial gw doank, kuliah di TRISAKTI ospek nya MANTEP ABIS! mau lo cewe ato cowo yg paling parah itu cowo sih emg. RATA DEH SEMUA DI BULLY.
mau di tampar, di injek2, di ludahin, di tonjok, di kata2in harga diri lo, di teriakin pas di kuping lo, di suruh push up, sit up, apalah2 pokoknya jalan jongkok, dan lo harus diam,nunduk, pasrah.
tapi jgn salah, gw lawan kok, ampe berantem ama senior gw.
mantep abis. tp y jadi nya perkuliahan agak sulit, karena senior ada yg jadi asisten lab, jadi nilai gw dimainin.
nb: yg mau masuk trisakti bilang ma gw yaaaaaaa..
aLo_olipe- Founder
- Posts : 1282
Join date : 2009-04-28
Age : 34
Location : a way down to the earth
Re: mari bahas tentang bullying
aLo_olipe wrote:kalo pada ngira paling parah itu di bully pas SMA, salah besar! paling parah itu pas kuliah. entah kenapa mungkin yg sial gw doank, kuliah di TRISAKTI ospek nya MANTEP ABIS! mau lo cewe ato cowo yg paling parah itu cowo sih emg. RATA DEH SEMUA DI BULLY.
mau di tampar, di injek2, di ludahin, di tonjok, di kata2in harga diri lo, di teriakin pas di kuping lo, di suruh push up, sit up, apalah2 pokoknya jalan jongkok, dan lo harus diam,nunduk, pasrah.
tapi jgn salah, gw lawan kok, ampe berantem ama senior gw.
mantep abis. tp y jadi nya perkuliahan agak sulit, karena senior ada yg jadi asisten lab, jadi nilai gw dimainin. Sad
nb: yg mau masuk trisakti bilang ma gw yaaaaaaa..
intinya...
mikir ulang kl masuk trisakti..
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum